Selamat Membaca Sobat :)
Hari ini, 9 Agustus 2016,saya dan mahasiswa-mahasiswa bidikmisi
lain bergegas. Kami menyiapkan diri menuju Kampung Pare, sebuah perkampungan di Kediri. Kami berkesempatan menggali ilmu bahasa. Program ini merupakan wujud pengembangan kualitas mahasiswa
bidikmisi di IAIN Surakarta. Saya senang memperoleh kesempatan yang luar biasa untuk
belajar di Kampung Pare.
Sebelum berangkat, kami melakukan “upacara”. Ada beberapa pesan
yang disampaikan. Salah satunya, “Carilah ilmu dengan Ridha Allah”. Kami juga mendapat
julukan “KafilahBahasa”. Upacara selesai. Kami memasuki bus menuju Kampung Pare.
Perjalanan ditemani alunan music dalam bus. Di tengah perjalanan, kami
dikejutkan akan suatu hal. Ada salah satu mahasiswa tertinggal di kampus. Beberapa panitia
mencoba mengkoordinasi hal tersebut. Akhirnya, mahasiswa tersebut berangkat sendiri
ke Pare.
Kami sampai lokasi sekitar jam 15:00. Kampung Pare melambai memberikan
sambutan selamat datang. Kampung ini unik. Kami disuguh kultur akulturasi Barat
danTimur dalam penggunaan bahasa. Kami berjalan menuju ke camp: tempat tinggal kami selama satu bulan. Bentuk camp seperti sebuah villa dengan toko di
bagian depannya.
Camp seolah penjara bagi beberapa orang. Ada aturan main dalam camp yang bagi
kami semua belum terbiasa melaksanakannya. Satu camp terdiri 30 orang lebih. Beberapa aturan camp sangat menakutkan. Salah satunya one word one thousand.
Setiap kali bicara dengan bahasa selain Inggris akan diganjar denda
seribu rupiah setiap kata. Aturan itu membuat beberapa orang seolah terpenjara untuk
berbicara. Kesunyianlah yang terpancar dalam beberapa ruangan. Di sisi lain terdapat
pula orang yang terus mencoba menaatinya dengan berbicara bahasa Inggris sepenuhnya.
Setiap camp ada dua orang tentor yang memantau.
Camp terdiri atas beberapa kamar dengan tiga sampai enam orang di
dalamnya. Terdapat lima kamar mandi. Di sudut sebelah kamar mandi terdapat ruangan
bertelevisi. Setiap malam terlihat beberapa orang di depan tv untuk melihat acara
atau berbincang-bincang.
Setiap kamar ditandai dengan huruf. Tepat di kamar U adalah kamar saya
dengan penghuni 5 orang lainnya. Kamar U punya berbagai keunikan. Dilihat dari fasilitas
mungkin hampir sama dengan kamar lain. Namun, kamar U merupakan kamar paling
ramai,dalam ikhtiar berbicara bahasa Inggris. Tak jarang, karena tidak tahu arti,
apa yang diucapkan menjadi sebuah canda-tawa.
Di sudut lain, terdapat tempat shalat. Saya berdiam diri dan merenung
disini. Tak jarang saya berbincang dengan beberapa teman di sini. Di tempat ini
memang menjadi penjara bahasa selain Inggris. Sistem ini memaksa orang bercakap
dengan bahasa Inggris.
Pare, laiknya sayuran, berasa pahit, seperti di camp ini. Namun, semua sayuran pasti menyehatkan.
0 Response to "Pare Inggris"
Posting Komentar